Industrialisasi
di Indonesia semakin menurun semenjak krisis ekonomi tahun 1998. Kemunduran ini
bukanlah berarti Indonesia tidak memiliki modal untuk melakukaninvestasi pada
industri dalam negeri, tetapi lebih kepada penyerapan barang hasil produksi
industri dalam negeri. Membuka pasar dalam negeri adalah kunci penting bagi
industri Indonesia untuk bisa bangkit lagi karena saat ini pasar Indonesia
dikuasai oleh produk produk asing.
Faktor-faktor
pembangkit Industri Indonesia
1.
Struktur
organisasi
Dilakukan inovasi dalam jaringan institusi
pemerintah dan swasta yang melakukan impor. Sebagai pihak yang
membawa,mengubah, mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi.
2.
Ideologi
Perlu sikap dalam menentukan pilihan untuk
mengembangkan suatu teknologi apakah menganut tecno-nasionalism,
techno-globalism, atau techno-hybrids negeri maupun luar negeri.
Faktor
penghambat Industri Indonesia
1.
Keterbatasan
teknologi
Kurangnya perluasan dan penelitian dalam
bidang teknologi menghambat efektifitas dan kemampuan produksi.
2.
Kualitas
sumber daya manusia
Terbatasnya tenaga profesional di Indonesia
menjadi penghambat untuk mendapatkan dan mengoperasikan alat alat dengan
teknologi terbaru.
3.
Keterbatasan
dana pemerintah
Terbatasnya dana pengembangan teknologi
oleh pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur dalam bidang riset dan
teknologi
- Baca Juga : Nilai – nilai Individu dan Sikap Kerja
- Baca Juga : Sistem Ekonomi dan Reformasi Ekonomi
- Baca Juga : Desain Organisasi
- Baca Juga : KONSEP DASAR MANAJEMEN
- Baca Juga : Apa yang dimaksud dengan Investasi ?
- Baca Juga : PERTANIAN INDONESIA
- Baca Juga : MASALAH STRUKTURAL PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Dampak
Industrialisasi di Indonesia
Teknologi
memungkinkan negara tropis seperti Indonesia untuk memanfaatkan kekayaan hutan
untuk meningkatkan devisa negara dan pembangunan infrastruktur. Hilangnya hutan
di Indonesia berarti hilang juga tanaman-tanaman yang memiliki khasiat sebagai
obat dan juga fauna langka yang hidup di ekosistem hutan tersebut.
Dibalik
kesuksesan Indonesia dalam pembangunan sebenarnya ada kemerosotan dalam
cadangan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan. Pada kota kota
yang sedang berkembang seperti Gresik, Medan, Jakarta, Surabaya, Bandung,
Lhoksumawe, bahkan hampir seluruh kota kota di pulau Jawa sudah mengalami
peningkatan suhu udara, Walaupun daerah tersebut tidak pesat perkembangan
industrinya.
Pencemaran
dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk menurut pola
pengelompokannya. mengelompokkan pecemaran atas dasar[12]:
1.
Bahan
pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan
budaya.
2.
Pengelompokan
menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran udara, air, tanah,
makanan, dan sosial.
3.
Pengelompokan
menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam bentukprimer dan sekunder.
Konsep
dan Tujuan Industrialisasi
Awal
konsep industrialisasiè Revolusi industri abad 18 di Inggris Penemuan metode
baru dlm pemintalan dan penemuan kapas yg menciptakan spesialisasi produksi dan
peningkatan
produktivitas factor produksi.
Industrialisasi adalah sistem produksi yang muncul dari pengembangan yang
mantap penelitian dan penggunaan pengetahuan ilmiah. Ia dilandasi oleh
pembagian tenaga kerja dan spesialisasi, menggunakan alat-alat bantu mekanik,
kimiawi, mesin, dan organisasi serta intelektual dalam produksi.
Industrialisasi
dalam arti sempit menggambarkan penggunaan secara luas sumber-sumber tenaga
non-hayati, dalam rangka produksi barang atau jasa. Meskipun definisi ini
terasa sangat membatasi industrialisasi tidak hanya terdapat pada pabrik atau
manufaktur, tapi juga bisa meliputi pertanian karena pertanian tidak bisa lepas
dari mekanisasi (pemakaian sumber tenaga non-hayati) demikian pula halnya
dengan transportasi dan komunikasi. Industrialisasi merupakan salah satu
strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa
Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam melimpah yang ingin mencapai
pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
Tujuan
pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang
ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri
maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu :
1.
Meningkatkan
penyerapan tenaga kerja industri.
2.
Meningkatkan
ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri.
3.
Memberikan
sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian.
4.
Mendukung
perkembangan sektor infrastruktur.
5.
Meningkatkan
kemampuan teknologi.
6.
Meningkatkan
pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk.
7.
Meningkatkan
penyebaran industri.
Faktor-faktor
Pendorong Industrialisasi
1.
Kemampuan
teknologi dan inovasi.
2.
Laju
pertumbuhan pendapatan nasional per kapita.
3.
Kondisi
dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri
dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin
alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat.
4.
Besar
pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk.
Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi.
5.
Ciri
industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap
implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
6.
Keberadaan
SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi.
7.
Kebijakan/strategi
pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi
ekspor.
Perkembangan
Sektor Industri Manufaktur Nasional
Perusahaan
manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara.
Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk
melihat perkembangan industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini
dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja
industri secara keseluruhan. Sejak krisis ekonomi dunia yang terjadi tahun 1998
dan merontokkan berbagai sendi perekonomian nasional, perkembangan industri di
Indonesia secara nasional belum memperlihatkan perkembangan yang
menggembirakan. Bahkan perkembangan industri nasional, khususnya industri
manufaktur, lebih sering terlihat merosot ketimbang grafik peningkatannya.
Sebuah hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga
internasional terhadap prospek industri manufaktur di berbagai negara
memperlihatkan hasil yang cukup memprihatinkan. Dari 60 negara yang menjadi
obyek penelitian, posisi industri manufaktur
Indonesia berada di posisi terbawah bersama
beberapa negara Asia, seperti Vietnam. Riset yang meneliti aspek daya saing
produk industri manufaktur Indonesia di pasar global, menempatkannya pada
posisi yang sangat rendah. Industri manufaktur masa depan adalah
industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya
kepada besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang
wilayah, besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi
juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta
profesionalisme sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
Permasalahan
Industrialisasi
Industrialisasi
di negara berkembang pada umumnya dilakukan sebagai upaya mengganti barang
impor, dengan mencoba membuat sendiri komoditi-komoditi yang semula selalu
diimpor. Mengalihkan permintaan impor dengan melakukan pemberdayaan produksi
dari dalam negeri.
Strategi
yang pertama dilakukan adalah pemberlakuan hambatan tarif terhadap impor
produk-produk tertentu. Selanjutnya disusul dengan membangun industri domestik
untuk memproduksi barang-barang yang biasa di impor tersebut. Ini biasanya
dilaksanakan melalui kerja sama dengan perusahaan-perusahaan asing yang
terdorong untuk membangun industri di kawasan tertentu dan unit-unit usahanya
di negara yang bersangkutan, dengan dilindungi oleh dinding proteksi berupa
tarif. Selain itu, mereka juga diberi insentif-insentif seperti keringanan
pajak, serta berbagai fasilitas dan rangsangan investasi lainnya.
Untuk
industri kecil yang baru tumbuh terutama di negara yang sedang berkembang.
Industri yang baru dibangun belum memiliki kemampuan yang memadai untuk
berkompetisi secara frontal dengan industri mapan dari negara-negara yang sudah
maju. Industri negara maju sudah berada di jalur bisnisnya dalam waktu yang
sudah lama dan sudah mampu melakukan efisiensi dalam proses-proses produksinya.
Mereka mempunyai informasi dan pengetahuan yang cukup tentang optimisasi proses
produksi, situasi dan karateristik pasar, serta kondisi pasar tenaga kerja
sehingga mereka mampu menjual produk yang berharga murah di pasar internasional
tetapi masih tetap bisa menghasilkan keuntungan yang memadai.
Dibeberapa
negara, para produsen domestik mereka tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan
pasar domestik tanpa tarif, akan tetapi juga untuk ekspor ke pasar
internasional. Hal ini bisa mereka lakukan karena mereka telah mampu
menghasilkan produk tersebut dengan struktur biaya yang murah sehingga harga
yang ditawarkan sangat kompetitif dan mampu bersaing di pasar luar negeri, maka
banyak pemerintahan negara-negara dunia ketiga yang tertarik dan menerapkan
strategi industrialisasi substitusi impor tersebut.
Perekonomian
nasional memiliki berbagai permasalahan dalam kaitannya dengan sektor industri
dan perdagangan:
1.
Industri
nasional selama ini lebih menekankan pada industri berskala luas dan industri
teknologi tinggi. Adanya strategi ini mengakibatkan berkembangnya industri yang
berbasis impor. Industri-industri tersebut sering terpukul oleh depresiasi mata
uang rupiah yang tajam.
2.
Penyebaran
industri belum merata karena masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Industri yang
hanya terkonsentrasi pada satu kawasan ini tentulah tidak sejalan dengan
kondisi geografis Indonesia yang menyebut dirinya sebagai negara kepulauan.
3.
Lemahnya
kegiatan ekspor Indonesia yang tergantung pada kandungan impor bahan baku yang
tinggi, juga masih tingginya tingkat suku bunga pinjaman bank di Indonesia,
apalgi belum sepenuhnya Indonesia diterima di pasar internasional.
4.
Komposisi
komoditi ekspor Indonesia pada umumnya bukan merupakan komoditi yang berdaya
saing, melainkan karena berkaitan dengan tersedianya sumber daya alam - seperti
hasil perikanan, kopi, karet, dan kayu. tersedianya tenaga kerja yang murah –
seperti pada industri tekstil, alas kaki, dan barang elektronik.
5.
Komoditi
primer yang merupakan andalan ekspor Indonesia pada umumnya dalam bentuk bahan
mentah sehingga nilai tambah yang diperoleh sangat kecil. Misalnya Indonesia
mengekspor kayu dalam bentuk gelondongan, yang kemudian diimpor lagi dalam
bentuk mebel karena terbatasnya penguasaan desain dan teknologi.
6.
Masih
relatif rendahnya kualitas sumber daya manusia. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
sistem pendidikan formal dan pola pelaksanaan pelatihan yang cebderung masih
bersifat umum dan kurang berorientasi pada perkembangan kebutuhan dunia usaha.
Selain itu, rendahnya kualitas sumber daya manusia akibat dari pola penyerapan
tenaga kerja di masa lalu yang masih mementingkan pada jumlah tenaga manusia
yang terserap. ketimbang kualitas tenaga manusianya.
Beberapa
ahli menilai penyebab utama dari kegagalan Indonesia dalam berindustri adalah
karena industri Indonesia sangat tergantung pada impor sumber-sumber teknologi
dari negara lain, terutama negara-negara yang telah maju dalam berteknologi dan
berindustri. Ketergantungan yang tinggi terhadap impor teknologi ini merupakan
salah satu faktor tersembunyi yang menjadi penyebab kegagalan dari berbagai
sistem industri dan sistem ekonomi di Indonesia.
Sistem
industri Indonesia tidak memiliki kemampuan pertanggungjawaban dan penyesuaian
yang mandiri. Karenanya sangat lemah dalam mengantisipasi perubahan dan tak
mampu melakukan tindakan-tindakan pencegahan untuk menghadapi terjadinya
perubahan tersebut. Tuntutan perubahan pasar dan persaingan antar industri
secara global tidak hanya mencakup perubahan di dalam corak, sifat, kualitas,
dan harga dari komoditas yang diperdagangkan, tetapi juga tuntutan lain yang
muncul karena berkembangnya idealisme masyarakat dunia terhadap hak azasi
manusia, pelestarian lingkungan, liberalisasi perdagangan, dan sebagainya.
Gerak
ekonomi Indonesia sangat tergantung pada arus modal asing yang masuk atau
keluar Indonesia serta besarnya cadangan devisa yang terhimpun melalui
perdagangan dan hutang luar negeri.
Kebijakan
yang telah secara berkelanjutan ditempuh tersebut, teramati tidak mampu membawa
ekonomi Indonesia menjadi makin mandiri, bahkan menjadi tergantung pada:
1.
Ketergantungan
kepada pendapatan ekspor,
2.
Ketergantungan
pada pinjaman luar negeri,
3.
Ketergantungan
kepada adanya investasi asing,
4.
Ketergantungan
akan impor teknologi dari negara-negara industri.
Strategi
Pembangunan Sektor Industri
Strategi
substitusi impor (Inward Looking)
Bertujuan
mengembangkan industri berorientasi domestic yang dapat menggantikan produk
impor. Negara yang menggunakan strategi ini adalah Korea & Taiwan.
Pertimbangan menggunakan strategi ini :
1.
Sumber
daya alam & Faktor produksi cukup tersedia
2.
Potensi
permintaan dalam negeri memadai
3.
Sebagai
pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri
4.
Kesempatan
kerja menjadi luas
5.
Pengurangan
ketergantungan impor, sehingga defisit berkurang
Strategi
promosi ekspor (outward Looking)
Beorientasi
ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri dalam negeri yang
memiliki keunggulan bersaing. Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
1.
Pasar
harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan kelangkaan barang
yang bisa baik pasar input maupun output.
2.
Tingkat
proteksi impor harus rendah.
3.
Nilai
tukar harus realistis.
4.
Ada
insentif untuk peningkatan ekspor.
Unsur-Unsur
Industrialisasi
1.
Masyarakat
yang melakukan proses produksi dengan menggunakan mesin
2.
Berskala
besar
3.
Pembagian
kerja teknis yang relatif kompleks
4.
Menggunakan
tenaga kerja yang keterampilannya bermacam-macam
Sumber : Universitas Terbuka(Rangkuman Mata Kuliah Perekonomian Indonesia (ESPA4314) Modul 2)
Silakan Berkomentar yang Sopan, Komunikatif dan Membangun.
Terima Kasih atas Kunjungan Anda.
Emoticon